10 September 2004

cinta kita



senja itu kau berkata,
"kamu terlalu berlebihan telah menceritakan tentang langit, bintang, dan pegunungan salju"
"aku tidak seperti itu", tambahmu.
"lihat saja aku masih disini, duduk di sebelah kananmu" tambahmu lagi.
aku tak peduli, aku tetap memaksakan bercerita,
dan kau pun dengan terpaksa menunda ashar.
ceritaku terhenti, saat kau membisikan sesuatu,
pelan, namun menciptakan gema di lorong hatiku.
"tunggu esok fajar", bisikmu.
aku hanya mengangguk,
dan gugupku pun menipis, ditelan lampu jalan.
kau pun segera meminta pulang,
menanti mobil hijau yang sesak penumpang.

fajar telah tiba,
fajar, dan fajar lagi,
aku terkantuk menunggumu di jembatan tua tempo senja itu,
tanpa kedatanganmu.
karena kau tertidur di kamar atas rumahmu.
ku tetap menunggu hingga fajar keempat,
....
dan akhirnya,
mata lelahku menangkap bayangan dari kejauhan,
iya...sesuatu.
adalah senyuman cantik pertama darimu, Phie.


bandung-semarang, 9-9

untuk : Uphie,
terima kasih, kau telah menemaniku,
setelah ribuan malam seperti ini.
kuminta jangan kau usap dulu peluhmu,
karena desah bercinta kita masihlah panjang
biarkan para tetangga bosan, seperti kemarin malam.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home