20 July 2007

sesaat setelah pagi


dan seperti ritual sebelumnya, angin kini kembali berjalan perlahan menuju batas_batas harapan. dari bibir pantai, dapat tercium aroma tersembunyi yang mengkristal putih. seakan malam enggan melepas hangatnya rembulan.
jari_jari tangan kini semakin terlihat bergaris, serupa sesaji kuno yang tak lepas menggauli peribadatan. mungkin usia yang tak semanis saat bayi dahulu, atau mungkin karena jam tangan yang tak lagi mengandalkan batu baterei.
tentunya, hidup adalah perputaran skenario, lakon_lakon saling menghafal peran masing_masing, juga properti yang saling merasa asing satu dengan yang lainnya.

dan seperti ritual sebelumnya, cahaya pagi menembus kamar kita, sayang. istriku ..

semarang, menjelang akhir juli

24 June 2007

kamu

ku dengar langkah mu mendekati,
juga gemericik hujan,

ku dengar kerinduan mu mendekati,
juga hati yang tak pernah mati.

17 June 2007

kabar dari sepertiga masa

: ....

sejauh ini ku membuka bekal,
walau hanya angin dan coretan senja.
kau semakin mengabut
menyisakan bayangan angker di jantungku.

tak banyak yang harus dipertanyakan,
bila kini perut malam
menunggu persalinan, menunggu kematian.
dan aku terlampau jauh dari pijakan,
menggantung prematur di tiang khayalan.


semarang

14 June 2007

separuh musim


kali ini aku menghampiri kemaraumu,
telah kutinggalkan musim semi yang hanya separuh.
lalu aku mencoba menyentuh debu_debu
yang mulai nampak terselip diantara tatapan nanar mu.

kau yang awalnya berbalut pelangi,
kini telanjang dengan sebilah belati,
menciumi bibirku yang semakin dingin.
entah apa yang kau tunggu,
karena peredaran waktu kini tak lagi dapat berhitung sendiri.

aku tahu, diantara suara yang kau getarkan
kini ada bunyi petir dan gesekan daun bambu,
menciptakan hutan tropis di rimbanya perjalananku.
seandainya dapat ku tinggalkan bibirmu yang melekat erat di bibirku,
mungkin dapat ku mulai kembali sisa pagi,
sisa_sisa catatan yang tak pernah tersimpan.

aku mulai berkemas pulang,
ku hirup udara dalam_dalam di atas ranjangmu,
ku cium wangi rambutmu yang semakin menggila.
ada setangkai puisi di sana yang menggodaku
dan hujan mendadak berjatuhan dari jantungku
menggenangi wajahmu yang kini tanpa tatapan lagi.

lalu matahari menghilang entah kemana,
meninggalkan kamar kita yang kini gelap gulita,
sehingga desah nafas bergantian membacakan mantra_mantra,
sedang di luar masih dapat terdengar teriakan anak_anak bermain,
mengusikku mengukir dadamu dengan sebatang rokok
juga kutulis sajak pendek tanpa judul di sana,

dan peredaran waktu berhenti disini,
menghimpit jejak yang semakin dalam
kau pun menghilang seperti matahari tadi,
kini aku harus menyelesaikan separuh musim semi yang kutinggalkan.


semarang
6.2007

11 June 2007

catatan sang kapten


pada layar perahu,
ku ikat angin yang menari,
menggapai bibir senja
ada bisikan duyung
ada kilauan lengkung samudera.

dan, langit membenamkan diri
pada pelukan tipis
hingga hanya ekor panjang bersisa.
juga mata angin yang berganti kemudi
menandakan jarak tak lagi menjadi dewa
dalam menaklukan malam,
menasbihkan kesunyian.

beberapa sayapmu,
menghangatkanku
dari dahsyatnya jangkar yang menembus batas bumi.
akankah dasar lautan yang terpaku disini
menjadi awal dari badai yang membeku abadi ?
hanya kau yang menyimpan catatannya...

june ... 07

10 June 2007

semedi rindu


mengetukmu
bersama embun
mengendap ke balik selimut.
jarak menjadi pedestrian renta
juga ringkik kuda dan lonceng menara.

menghanyutkanmu,
pada sisa muara
dan mata air dari akar paling berwarna.
kau adalah malam,
menyimpan berjuta rembulan
pada tirai dan jendela.

lihatlah,
di sekelilingku masih menyala perapian
dengan asap yang menusuk_nusuk batang cemara
nama yang bersemedi dengan kerinduan tebal.
hanya satu,
hanya waktu,
hanya itu.

juni '07

6 June 2007

catatan singkat

# 1
semakin ku mendekati matahari,
semakin hangat namamu di sini,
di sudut hati paling abadi.

#2
aku tak akan memalingkan wajah
menghitung jejak_jejakmu,
karena kini langkah kita semakin panjang.

#3
bulu matamu adalah kejujuran,
membungkam rasa gelapku
dan aku semakin tergila_gila
mencandu puisi di pelukanmu.

#4
kerinduanku melebihi jumlah nafasku

#5
dan kau adalah langkahku
untuk ribuan malam berikutnya.


semarang, once upon a time

5 June 2007

hujan


kau,
kulihat hujan yang menghidupkan
sisa_sisa kecupan
juga salju yang turun ke dasar lembah
mengubur kegelisahan

yang selalu menggenang di jarimu.


kata_kata menjadi bibir rembulan

penuh cahaya menuntun arah bumi,

dan semesta raya memuja.


kau,
kudengar bisikan angin

membangun menara tertinggi
di atas bukit menghadap atlantik,

dan mercu suar mulai melambaikan tangan
memapah perjalanan pulang.


senyuman merekah
dari balik jubah malam,
tanpa harus berdarah

menebus kerinduan yang memekat legam.


kau,

ku masih termenung di ujung jembatan,

menunggu hujan reda,

atau salju yang tak lagi sebutir luka.

ku kibarkan bendera merah,

mengendapkan degup jantung

pada waktu.

pada asa yang semakin mendekati jendela.

kau adalah penantian terakhir,

dari beribu mil

dan sepanjang terowongan rindu.


ku masih terjaga,
memeluk rembulan pada setumpuk jerami,

walau pantai mengusir ombak,

dan rumah kita hanyalah personifikasi,

kau tetap menjadi langkah terdekatku,
saat ini.

saat masih kulihat hujan.

semarang, giugno .. 07

2 June 2007

ikrar tua


setengah langkah
antologi kesunyian
menyeruak
menusuk mesra.

tirai asa
pasrah tergerus usia,

jejak terpupus

patah terbagi

di layar awal pagi.


nafas berpacu merdu
buaian keringat

mengental serupa gincu

melukis bibir lugu

telanjang tanpa birahi,

luka dan duka
menumbuhkan mawar jingga
pada juni oval,
ikrar tua

membumikan cita.

semarang, giugno '07

1 June 2007

ini juni


dalam detil pagi yang ranum,
bermanja_manja di sepanjang garis timur
kilauan matahari membungkus wajah_wajah pirus,

semua tampak akan bergulir dengan senyap.

matamu berwarna ceri mengendap ke dasar minumanku,

dalam perjamuan hangat di atas balkon,

dengan jendela yang masih membuka nafasnya untuk kita

kau mulai membacakan sesuatu

tak lagi beraroma kegelapan,
seakan_akan awan telah lenyap dari bibirmu.
kita saling berkejaran, tertawa
menembus taman labirin yang berkelok_kelok,

memaksa kita menuntaskan hari
dengan langkah yang lurus,
menuju senja yang masih tersisa.

kita tak lama lagi,

hanya sekejap, sesaat ;

ini juni,
membawa aroma baru, uap_uap hangat
menjamu kita yang masih berselimut,

surat kabar, dan sepotong roti
adalah pagi yang telah sempurna dalam secangkir kerinduan.


semarang, 1 juni 2007