malam yang beda

masih jam 09 malam, aku masih sempat untuk menunggu sarapan malamku yang sedang dibuatkan oleh pak budi, penjual nas-gor. hujan deras baru saja berhenti 10 menit yang lalu. aneh, ini kali pertama kota semarang di guyur hujan sejak beberapa bulan terakhir, tidak lama sih cuman sekitar 2 jam, sejak lepas isya tadi. tapi derasnya sempat membuatku khawatir, bagaimana tidak, malam ini aku jatahnya kerja malam, shift 3 masuk jam 10. tapi alhamdulillah, semuanya berakhir, yang tersisa adalah udara dingin dan basah yang telah sangat dirindukan oleh ribuan warga kota tua ini. iya, beberapa hari terakhir semarang bagaikan sahara, panasnya membuat jengkel tiap orang, termasuk aku yang memang kebetulan berasal dari daerah pegunungan dingin, di barat sana.
menanti nas-gor siap dihidangkan, aku masih sempat menyalakan sebatang rokok. huhhh, nikmat rasanya, lamunanku pun segera berhamburan mengikuti kepulan asap yang ku tiupkan.
hmm..tunggu, rasanya malam ini agak berbeda dengan malam_malam biasanya (?). iya...beda ! bedanya, malam selepas hujan ini jalanan agak lebih ramai, warung_warung banyak yang masih buka, dan banyaknya lalu_lalang orang, seakan malam ini adalah saatnya orang menumpahkan diri ke jalan, walau hanya sekedar untuk meninjakan kaki di atas aspal basah. sedikit kulihat wajah_wajah mereka, sebagian kelihatan ceria, mungkin karena udaranya sesuai harapan, atau mungkin baru dapat premi shift, atau...ah banyak kemungkinan. sebagian lagi kelihatan lebih murung, iya...wajah_wajah pekerja pabrik yang selalu mengerutkan kening, memikirkan hal_hal yang terlalu berat untuk dibawa tidur. inilah daerah tempat aku kost sekarang, kawasan industri ! daerah yang disesaki oleh kami , sang pekerja, sang buruh, sang kuli, dan sang penghuni limbah. kami bekerja, bercanda, bercinta, makan, tidur, bahkan bermimpi pun disini. dan uniknya, kami gemar menghitung tiap tanggal yang bergerak di kalender, berharap semoga perpindahan dari bulan ke bulan semakin cepat, karena disanalah letak nyawa kami -- mimpi anak_anak kami.
rokokku belum habis, aku masih menikmati tiap isapannya, asap beracunnya telah menghangatkan paru_paruku yang dingin. sebelum isapan yang terakhir, aku tersenyum. iya, aku tersenyum. ada satu pertanyaan yang hadir di benakku, "kenapa hanya karena duduk di bangku kayu warung nas-gor saja, aku harus merasakan bedanya malam ini ?".
semarang, 15 september '04
terimakasih dari ku untuk kota tua ini, selama ini telah memberiku ruang untuk selalu melamun dan bermimpi tentang sesuatu_sesuatu yang entah aku sendiri tidak pernah tahu apa judulnya.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home