aku/dia

aku/dia masih mengeja isi kepala.
namun sayang, tak ditemui segurat huruf pun
hanya lukisan_lukisan abstrak tak bertuan.
mungkin harus dipanggil para kolektor jalanan
untuk menaksir harganya, tanpa bingkai.
iya,
aku/dia menjelma pedagang asongan
yang berlindung di balik hangusnya hujan
hanya menunggu dan menunggu
para perokok miskin
menghabiskan setengah atau sebatang lintingan.
tidak,
aku/dia telah lagi menjelma buruh bangunan
yang memaku dan melubangi
kusen coklat di jendela kepala
tanpa kaca, tanpa ventilasi udara.
semarang, 7 nov '04
0 Comments:
Post a Comment
<< Home