6 November 2004

sepotong sajak untuk sahabat


kita masih sepakat tentang satu hal
bahwa hidup masih berdenyut.
derasnya waktu selalu mengeyak
duduk kita di teras asa ini.

kau genggam pundak_ku
saat berjuta pasang kaki
menggemuruhkan pasar pagi ini.

selepas shubuh kita masih terduduk
menanti koran lapuk menyapa kita
tentang berita penyakit sesak nafas
yang melaju menyumbat paru kita.

selepas maghrib kita mulai beranjak
menelusuri tanjakan kecil berbatu
arah menuju kediaman mimpi yang tergolek lemas
tak berdaya menelan asap_asap rokok ketengan,
pagar besinya telah memajang keluh kita
hingga melapuk tertindih lumut menghijau tua.

mungkin di penghujung musim
hujan tidak lagi sebulat ini
hingga keringat kita
benar_benar terlihat tak berjelaga.

ciamis, 5 nov '04

0 Comments:

Post a Comment

<< Home