4 November 2004

suara ibu di akhir malam

nak, ini dari ibumu. pekat malam ini telah melarutkan rasa lelah adik_adikmu yang seharian tadi menanti kepulangan senyumanmu. mereka tertidur.
nak, kau kini telah beranjak besar. mungkin kau takkan ingat kala shubuh itu ibu menimang dirimu, masih mungil merah. di sela tangisanmu, ibu bisikan sejumlah harapan. kaulah lelaki kecil ibu, yang kelak menjadi seorang lelaki sejati. matamu masih terkatup saat ibu ceritakan tentang garangnya wajah dunia, asinnya rasa keringat, beratnya pikulan tanggung jawab, dan liarnya mengendalikan hati. ibu tahu saat itu kau tidak memahaminya. kau hanya bisa menangis setiap hendak melakukan sesuatu. tapi kini, kehidupan telah banyak mengajarimu. ia menempamu menjadi ksatria kecil yang selalu bertahan untuk membelah bukit dunia.
tak terdengar lagi kini tangis darimu itu, mungkin legam kulitmu telah menutup saluran air mata lemahmu. hanya suara derap langkah dan kibasan pedangmu yang dibawa melalui kabar pagi buta ke pangkuan ibu.
nak, apalah yang dipunyai seorang ibu renta ini selain ratusan do'a_do'a berisi namamu yang ibu panjatkan bersama genangan air mata di akhir malam hanya pada_Nya. hanya Alloh yang menjagamu, menyelamatkan, dan membimbing usiamu.
nak, ibu kadang terenung, entah siapa diantara kita yang pergi dahulu mengisi rumah keabadiaan kita pemberian_Nya. mari kita coba cari dan pilih dari sekarang, karena pelataran dunia fana ini masih membuatnya berserakan. dan kelak kita akan saling berbagi bekal disana.
nak, kelelahan hidup adalah serupa ranting kering yang setiap waktu dapat patah jatuh ke tanah. jangan pernah membiarkan peluhmu menelanjangi hati dan jiwamu. tapi jadikan ia air suci yang membasuh noda dari telapak kakimu yang senantiasa berjalan lurus atas nama_Nya.
nak, bila malam ini kakimu rapuh, pulanglah ! ada sepotong pagi yang telah ibu siapkan untukmu.
suara ibu di akhir malam.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home