24 December 2004

Lorong Bernisan Kayu


Memasuki lorong lembab beraroma kematian
Seakan mengunjungi kerabat, sesama bernisan kayu
Ada tangan_tangan dingin yang gemulai menari
Mengikuti ketukan belulang kosong
Seribu tatap mata pilu
Berebut menyajikan ucapan selamat
Entah selamat datang atau selamat jalan
Semuanya tak berkata, hanya menatap
Karena di sini sudah tak ada bibir
Mungkin habis disantap oleh giginya sendiri
Para bidadari yang berwajah merah
Berselendangkan pintalan awan biru
Bernyanyi riang dari sudut lorong yang tersempit
Di sudut lain yang beraltar tua
Para malaikat bersayap hijau
Menghitung sisa_sisa nyawa yang masih meronta
Sementara dari sudut yang terdekat
Para iblis manis berwajah putih
Menebarkan jamuan makan malam
Melalui tiap desah nafas dan aliran darah
Hingga menumpuk kering di bilik jantung

0 Comments:

Post a Comment

<< Home