24 December 2004

pagi


Sebuah pagi yang pucat pasi
Setelah sang malam menamparnya
Kepal rembulan pun turut menghajar
Lolongan ampun tak mengibakan nafas angin
Yang terus melaju memusari samudera
Sepasang mata pagi yang sayu
Memendam kantuk yang terjejal rapi
Di barak_barak kumuh bernama kesadaran
Semuanya tak cukup menghantar ke pembaringan
Derap lars mimpi yang belum berjudul
Memaku mata sayu tuk tetap menelanjangi matahari
Sepuluh jemari pagi yang terkulai layu
Memaksa huruf_huruf terlahir sungsang
Mendarat di bumi kenyataan
Semua harus menginjaknya walau sesaat
Demi tercipta tawa dan tangis
Yang menjelma melodi_melodi kehidupan
Seribu pagi yang bermuka tawar
Tak berasa setelah diisap malam

Semarang, des ‘04

0 Comments:

Post a Comment

<< Home