cerita seorang diplomat

diam saja,
jangan banyak bertanya.
kita memasuki deretan bangunan kuno sekarang
kota lama yang terenggut usia.
bekas_bekas hasrat yang masih hangat di dalam
walau terdistorsi jeritan_jeritan pilu di sudut
banyak naskah dusta,
dan tangan nista.
makanya, diam saja lah
jangan banyak bicara.
kita masih teramat kerdil untuk bernyanyi
teramat banyak waktu yang belum kita singgahi
walau hanya sekedar untuk menerjemahkan judul sandiwara.
kita belum bisa berakting seperti mereka
memutar lidah layaknya gasing.
kita segera menjadi asing
tak guna jabat tangan & peluk cium.
hanya kerlingan mata tajam
saling menelanjangi diri.
bila batman dan spiderman memakai topeng untuk kebaikan,
maka rasanya tak salah bila dipakai keburukan juga,
toh sama_sama misteri,
agar lakon semakin seru dinikmati.
begitu cerita seorang diplomat di pojok sebuah kafe.
tak ada nilainya lagi sejarah lampau ditulis darah,
karena semua darah di negeri kecil itu pasti tumpah
kepuasan mimpi para bajingan tua.
anak_anak sudah saatnya berhenti mengisi generasi,
: paradigma yang punah,
dan tertancap keangkuhan secarik bendera.
sepatu lars menggantikan sandal_sandal mungil
melangkah mantap sebagai malaikat pencabut nyawa,
: Izrail kah ?
genderang telah ditabuh, pagi buta
sebelum topeng_topeng itu melekat erat di wajah tua.
ingat, terus diam sajalah,
jangan banyak membuka mulut,
apalagi berprosa.
karena kita kini semakin terasing
mahluk tanpa nurani
hidup adalah derai tawa
maka tertawalah !
dan mereka meregang nyawa,
sekarang atau esok, sama saja.
begitu cerita seorang diplomat di sebuah meja konvensi.
2007
0 Comments:
Post a Comment
<< Home