3 April 2007

one last promise


kau yang bermatakan purnama,
membagi kilau malam bersamaku.
kita bilah permadani langit
dengan sepuluh jari kosong.

kau yang bermantelkan pucuk_pucuk cemara,
membagi desiran angin bersamaku.
dan embun yang tersisa
adalah derai tawa dari tumpahan air mata.

seperti saat kau mencipta bait_bait kesunyian,
sesenyap rawa_rawa di tengah malam.
kata_kata menjadi sesuatu yang sangat berharga disana
melebihi bunyi cipratan air dari balik akar_akar bakau.
semua bermula tanpa keresahan,
lantas berlayar pun demikian tentunya.

kau yang masih menuliskan sesuatu
untuk ku baca di tengah samudera.
sementara para nakhoda melanjutkan istirahat mereka
di tumpukan jerami bumi dan kaki awan
persis seperti saat kita terbaring di permadani langit.

bila purnama itu masih di balik bulu matamu
maka setiap malam adalah surga kecil untuk ku
walau pun samudera ini berdarah badai.
masih akan aku lanjutkan,
layar masih membentang panjang
menarik angin ke ufuk timur
untuk esok,
untuk kita ...

semarang, 4 AphrieL '7002

0 Comments:

Post a Comment

<< Home