Permainan Panjang

Sepi;
Selepas badai salju meramaikan hari.
Kau hitung kepingan arca yang terlempar
Dari celah pemujaan kau panjatkan do’a_do’a bisu.
Do’a yang meredup bersama tiupan halus nafas
Do’a yang tersangkut di pucuk cemara.
Sunyi;
Kau lipat kening keriput ke ufuk timur
Sebaris kunang_kunang menghisap cerutu
Asap yang tercipta berupa luka
: dalam.
Namun permainan masih sepanjang jalan,
Belum selesai, belum ada pemenang abadi.
Permainan yang sulit untuk disantap saat pagi,
Tak cocok dengan secangkir kopi hangat dan rokok sisa semalam.
Kau pun meminta perpanjangan malam,
Agar do’a_do’a tak lagi bisu
Agar kunang_kunang mematikan cerutu.
Namun, Sang Penguasa masih lelap
Hanya senyuman kecil sebagai jawaban
: lihat.
Dan rasakanlah badai itu tercium lagi
Kali ini bukan salju
Tapi hanya batu,
Dan keringat berdebu yang memerah saga
Kau pun memejamkan mata
Dengan alis menyerupai keheningan pekat.
semarang, aphriel
0 Comments:
Post a Comment
<< Home