untukmu, perempuanku

aku lagi semangat memainkan jari di keyboard.
walau tak sebait pun kata_kata indah tercipta,
aku masih mencari letak sudut yang dinamai puisi.
mungkin di balik tirai malam,
atau ujung jalan kampung
kan kutemui puisi.
walau hanya judul lapuk
atau prolog usang,
juga tak apa.
ku coba membayangkan sorot matamu
yang kemarin lusa kau tusukkan ke jantungku
hingga darah ku membeku, berhenti mengalir.
kau serupa malaikat yang kehilangan sayap
memaku serpihan ingatan ke dasar jiwa
yang semakin renta terbungkus kesadaran semu.
ahhh,
ada_ada saja kau ini, cantik !
nadiku pecah hingga menetes ke pangkuan hari,
sementara atap rumahmu masih berlumut hijau
memantulkan cahaya rembulan yang pias
dan kau berdiri tepat di belahan waktu
memintaku menidurkan jalanan panjang yang selalu terjaga.
bila selama ini muka langit tak dapat tergambar rapi,
maka mungkin pagi nanti segalanya akan selesai,
saat kita beradu di gurun yang paling sunyi
dari sekian kiamat kecil di tangan mu.
dan aku tak keberatan untuk memapahmu pulang
melewati kelokan sungai_sungai,
dan tepian pantai yang semakin gusar terhempas badai.
coba kau diam barang sesaat,
menikmati tetesan embun yang ku panggil dari jendela bumi,
dan rasakan betapa sejuknya angin di bola matamu
tak seperti letupan api yang pernah kita tiduri berdua.
selayaknya sebuah perjanjian sederhana,
yang mengikat jemari mungil
dalam kesetiaan dan keagungan harapan.
kita mesti belajar banyak pada ilalang yang tak lekang waktu
memberi lekuk sempurna pada pantulan senja
dan kita pun begitu,
mencipta kesempurnaan sendiri
dalam deret_deret cerita yang tertata rapi di atas pelataran asa.
kau mungkin sangat mengerti akan hal ini dibanding aku,
sehingga akan sangat mudah untuk kita menentukan peradilan
demi sang waktu yang semakin mengerdil
atau demi sang dunia yang semakin memadat.
perempuanku,
ejaan kita untuk ini semua
sejauh ini masih sempurna.
setidaknya buat kita berdua !
2007
1 Comments:
seperti biasanya, kata-katamu sungguh indah penuh makna...
Post a Comment
<< Home