5 June 2007

hujan


kau,
kulihat hujan yang menghidupkan
sisa_sisa kecupan
juga salju yang turun ke dasar lembah
mengubur kegelisahan

yang selalu menggenang di jarimu.


kata_kata menjadi bibir rembulan

penuh cahaya menuntun arah bumi,

dan semesta raya memuja.


kau,
kudengar bisikan angin

membangun menara tertinggi
di atas bukit menghadap atlantik,

dan mercu suar mulai melambaikan tangan
memapah perjalanan pulang.


senyuman merekah
dari balik jubah malam,
tanpa harus berdarah

menebus kerinduan yang memekat legam.


kau,

ku masih termenung di ujung jembatan,

menunggu hujan reda,

atau salju yang tak lagi sebutir luka.

ku kibarkan bendera merah,

mengendapkan degup jantung

pada waktu.

pada asa yang semakin mendekati jendela.

kau adalah penantian terakhir,

dari beribu mil

dan sepanjang terowongan rindu.


ku masih terjaga,
memeluk rembulan pada setumpuk jerami,

walau pantai mengusir ombak,

dan rumah kita hanyalah personifikasi,

kau tetap menjadi langkah terdekatku,
saat ini.

saat masih kulihat hujan.

semarang, giugno .. 07

2 Comments:

Blogger Vie said...

Hei Hoe, coba deh kumpulan puisinya dibukukan, kayaknya kata-katanya sangat mendalam. Bagus lagi. Sayang kalau hilang begitu saja.

Apakah dikau termasuk pria yang romantis ;)), sorry sekedar nanya.

4:31 am  
Blogger hoe said...

ahh Sis ini terlalu memuji nih, saya gak seperti itu kok sis. puisi2 saya masih hijau, picisan, malah bikin malu aja kalo seandainya dibuat buku.
cukup saya arsip saja secara pribadi di rumah. lumayan dah banyak sih, sejak saya masih SMA dulu, hehe..

pria romantis ? wahh.. kayaknya jauh deh Sis.. saya sering mencoba romatis, tapi malah jadi norak hasilnya, hehe...
malah kalo Sis tau, pasangan saya kurang begitu suka ma puisi2, hehe .. :D

thx Sis :)

11:47 pm  

Post a Comment

<< Home